"When a Bipolar Woman Has The Ability To Write Songs and Has a Million Dollar Voice, The Result: TIKA"



TIKA
Maka ketika seorang wanita bipolar memiliki kemampuan untuk menulis lagu sekaligus suara menakjubkan, pun menjelmalah: TIKA.

Kartika Jahja lahir di tahun 1980 dalam keluarga yang memiliki darah seni. Singer/songwriter asal Indonesia ini telah menempuh aneka jalur musik dimana dia sempat bergabung ke dalam sebuah band punk, band jazz, grup hip hop, bahkan band Top-40 . Dengan satu alasan: Dia senang sekali bernyanyi. TIKA mulai menjalani musik secara serius ketika bergabung dengan band Yoko Phono saat berdomisili di Seattle, AS. Band tersebut bubar saat TIKA kembali ke tanah air. Saat ini, selain keterlibatannya sebagai vocal talent untuk scoring berbagai film layar lebar, TIKA masih sering berkolaborasi dengan berbagai musisi dari bermacam-macam genre. Diantaranya Aksan Sjuman, Jamie Aditya, Agrikulture, dan lain lain.

Namun TIKA mencuri hati banyak orang dengan lagu-lagunya sendiri saat dia mengeluarkan album debut pertamanya ‘Frozen Love Songs’ di tahun 2005. Dikemas ulang sebagai ‘Defrosted Love Songs’ pada tahun 2006. Sang biduanita pun dikenal handal menggagahi mikrofon. Seluruh perasaannya tumpah ruah memecah wajah saat berlaga di atas panggung.
TIKA pun lantang menyuarakan pendapatnya yang tanpa tedeng aling-aling menguak borok budaya populer mulai dari televisi, industri musik, hingga diskriminasi seksual. Hal ini kerap kali menjadikannya terpojok keluar dari industri mainstream nan glamor.

Orang boleh saja menkotakkan musik TIKA sebagai trip hop, jazz, noir pop, dan aneka nama jejadian yang membuat kami mengulum senyum. Beberapa fans pernah mengirimkannya silet berlumur darah bekas menyayat nadi. Para teroris internet mengecamnya terlalu ‘gemerlap’ untuk jadi kiri. Meskipun demikian, TIKA sendiri tak pernah meproklamirkan dirinya sebagai apapun kecuali seorang biduan. Yang dia inginkan hanyalah merasakan ‘hidup’ menggejolak melalui musik, dan berharap para pendengarnya pun dapat mengalami perasaan yang sama. Untuk meninggslkan meja kantormu dan berteriak bila kau mau. Untuk merasa indah meskipun serbuan iklan mengatakan kau harus lebih ramping, lebih putih, dan berambut lebih lurus. Untuk mematikan televisimu dan bercinta… dengan diiringi alunan lagu TIKA, semoga.

The Dissidents
Setelah kelelahan berganti-ganti pasangan di atas panggung dalam setiap penampilannya, TIKA akhirnya memutuskan untuk membentuk band pengiring permanen. Maka berpadulah the Dissidents, pada tahun 2006. Seiring waktu, ketiga lelaki dengan gaya bermusik yang beragam ini, menjadi sangat berpengaruh dalam proses penulisan lagu TIKA.

Susan Agiwitanto sang bassist (ya ia adalah lelaki, dan ya nama aslinya memang Susan), adalah personil dengan koleksi baju hitam terbanyak dalam band ini. Susan membagi waktunya antara sang istri tercinta, TIKA, dan band progressive bernama “In Memoriam”. Saat bergabung dengan TIKA, Susan menggantung bass elektrik lima senarnya dan mulai memainkan contrabass untuk menyesuaikan diri dengan musik TIKA.
Berikutnya, penabuh drum Okky Rahman Oktavian. Pemuda Padang yang di usia 25 tahun, tubuhnya masih terus bertambah tinggi (tidakkah ini sedikit mengkhawatirkan?). Okky berangkat dari band post-rock “godsmustbecrazy”. Selain bermain musik dan bekerja di sebuah perusahaan IT, ia juga seorang pencerca bermulut tajam yang sadistis namun jenaka.

Terakhir adalah si pemikat hati wanita, Luky Annash. Pria sensitif bertutur halus yang piawai memainkan jarinya di piano. Luky telah bermain bersama TIKA sejak sebelum kedua personil di atas bergabung. Hampir setiap waktu ia menjejali telinganya dengan lagu-lagu Tori Amos dari iPod putihnya, hingga tak elak gaya bermusiknya pun tertular. Selain bermain dengan “TIKA & the dissidents” Luky juga seorang penyanyi dan penulis lagu berbakat yang mempunyai proyek solonya sendiri.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
TIKA & the dissidents video teaser: The Headless Songstress

TIKA
When a bipolar woman has the ability to write songs and has a million dollar voice, the result: TIKA.

Kartika Jahja, was born in 1980 to a somewhat artistic family. This Indonesian singer/songwriter have gone through a colorful music journey where she joined punk bands, jazz bands, hip hop acts, even cover bands just for the sake of singing. But she ripped out many hearts with her own songs when she released her first critically debut album ‘Frozen Love Songs’ in 2005. Repackaged as ‘Defrosted Love Songs’ in 2006. The songstress also knows how to rape a microphone, with her expressive stage acts which is a plethora of many heartfelt emotions.

TIKA also has a knack for criticism with the way she often speaks ugly truths about popular culture; television, music industry, sexual discrimination and so on, which naturally corners her into the fringe side of the culture more than the glamourous mainstream industry.

People in the past, have called her music trip hop, jazz, noir pop and every made-up name that made us giggle every time. And despite some fans sending her bloody arm-slashing razor blades, and internet terrorists telling her that she is too glossy to be a lefty, TIKA never proclaimed herself to be anything other than a singer. All she wanted was for herself to be able to feel alive through music, and hopefully for her listeners to feel alive with her. To get out from behind that desk and scream if you want to. To feel beautiful even when the ads say you gotta be thinner, whiter and have smoother hair. To turn off your TV and make love…hopefully, with her songs in the background.


THE DISSIDENTS
The Dissidents came to the rescue in 2006 as TIKA grew exhausted of having multiple partners on stage every time she performs. A permanent back up band was then appointed. The band, later on baptized as the Dissidents, would bring a major influence in TIKA’s more recent songwriting.

Susan Agiwitanto (yes that’s his real name), the one with the most black tshirt collections in the band, came from prog-rock band ‘In Memoriam’. He switched his electric to accoustic upright just for TIKA. We love him for that.

Drummer Okky Rahman Oktavian, a West Sumatran young man who is still growing taller as we speak, also joined the troop at around the same time. Hailing from post-rock band ‘Gods Must Be Crazy’, besides drumming and working a day job as a sales rep in an IT company, he is also a professional bad-mouther. You don’t want to get on his bad side.

The last but not least, is ladies man Luky Annash. Our Mr Sensitive here plays the piano. Luky have played with TIKA long before the other two did. He listens to Tori Amos at almost every waking hour, and her style inevitably rubbed off on him. Luky is also a talented singer on his own time.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Diskografi
Metrofiction – Yoko Phono (2002) (released in US)
Narcisstika EO – Yoko Phono (2002) (released in US)
Frozen Love Songs – TIKA (rooftopsound-2005)
Defrosted Love Songs – TIKA (aksara records- 2006)
OST Thank You and Goodnight Mother (2006)
Kompilasi Change Yourself (2006)
OST 9 Naga (2006)
Dawai Damai – Agrikulture (aquarius-2007)
OST Berbagi Suami (2007)
OST Kala (2008)
Pintu Terlarang (2009)
The Headless Songstress (released on 24 July 2009)


*Hit readmore for full stories!

Related Articles | You must read these also



1 comments

  1. Anonymous // December 23, 2009 at 9:09 PM  

    “Album of the Year” dari majalah TEMPO!! Kado tutup tahun untuk Tika & the Dissidents.

    Di sela hiruk pikuk akhir tahun, sebuah berita menggembirakan kami terima beberapa hari yang lalu. Album kami, the Headless Songstress, terpilih sebagai “Album of the Year, 2009” versi majalah TEMPO.
    Kado tutup tahun yang cukup membayar lelah atas kerja sepenuh hati dari personil maupun tim pendukung kami yang luar biasa.
    Tak hanya ini, kami pun ingin berterimakasih kepada para redaktur TRAX Magazine yang menyertakan kami dalam daftar “10 Best Local Albums of 2009” di edisi desember ini. Juga majalah HAI, yang menominasikan kami dalam kategori Best Album dan Best Female Artist dalam Poling Musik Hai.
    Ini adalah tahun yang penuh kejutan bagi kami. Semenjak dirilisnya album kami bulan lalu, begitu banyak apresiasi sekaligus kritik yang kami terima dari berbagai media, kawan-kawan sekaligus pembeli album kami.
    Untuk setiap kawan, wartawan, penyiar, pembeli album kami, penonton pertunjukan kami, pendukung setia kami, pendengar baru kami, yang telah memberikan opini kalian terhadap musik kami baik lewat tulisan, gelombang udara, dunia maya, maupun tatap muka….kami berterimasih dan bersulang untukmu.
    Selamat menutup tahun 2009. Kita jumpa lagi di 2010.

    sumber: www.suaratika.com

Post a Comment