Jakarta Rock Parade adalah event yang memupuk harapan besar bagi pecinta musik rock di tanah air, plus menjadi harapan besar bagi band-band indie untuk dapat diakui lebih luas dengan bisa tampil di event besar dan bersama band internasional. Event yang terselenggara pada tanggal 11 – 13 Juli 2008 bertempat di Tennis Indoor & Outdoor Senayan, Jakarta ini banyak mendapat sorotan karena menampilkan line up yang cenderung berani. Dikarenakan tidak di back-up oleh band mainstream jago-jago panggung kelas nasional, namun lebih memilih dikerumuni band – band indie jagoan dari komunitas. Penyelenggara memilih jargon “LET’S MAKE HISTORY” pada acara yang mereka klaim sebagai biggest rock event di Indonesia ini.


Ditambah lagi terobosan menarik yang dilakukan dengan menampilkan band-band klasik Indonesia untuk tampil kembali dalam format reuni. Tentu saja kesempatan seperti ini jarang diperkirakan dan disuguhkan oleh promotor-promotor musik lainnya. Fans-fans dan pecinta rock dari generasi 60an sampai generasi 2000an tentu saja kegirangan menyambut kabar gembira ini. Bagaimana tidak, Andy Tielman (The Tielman Brothers), Roxx, Gypsi & Gang Pegangsaan, RumahSakit, El Pamas, Flowers, Netral dan PAS band yang akan tampil pada formasi reuni pasti akan merangsang adrenalin pecinta musik rock yang mungkin sudah menjadi awam dengan musik jaman sekarang. Dan anak jaman sekarang bisa menantikan pahlawan-pahlawannya dari luar negeri, sebut saja Yeah Yeah Yeahs, Dismember, BMX Bandits, hingga Mono akan didatangkan ke Indonesia. Belum lagi line-up lokal jagoan macam Naif, Sore, Seringai, Burgerkill, Efek Rumah Kaca, The S.I.G.I.T, Polyester Embassy, Bangku Taman, The Milo, Koil, Pure Saturday hingga satu-satunya perwakilan Surabaya, Vox.

Harapan boleh digantung setinggi gedung bertingkat, tapi kenyataan selalu membangunkan dan menyeret kita ke hadapan fakta. Acara belum berlangsung, kehadiran Yeah Yeah Yeahs dinyatakan batal. Padahal beberapa materi promosi sudah mencantumkan headline Yeah Yeah Yeahs. Beberapa hari kemudian giliran BMX Bandits, Silly Fools dan The Parlotones yang diumumkan batal datang ke Indonesia. Tentu saja hal ini menurunkan gairah calon penonton yang harus merogoh dompetnya hingga 200-400ribu setiap harinya untuk menyaksikan acara. Sampai disini segala sesuatunya masih tampak “meyakinkan”, hingga tibalah hari H penyelenggaraan acara.

Sehari setelah hari pertama, kekecewaan langsung menyeruak di berbagai hati penonton dan pecianta musik rock tanah air. Berbagai media dan forum di internet menyoroti betapa banyak band yang tidak jadi tampil, dan betapa berantakannya penyelenggaraan acara. Kabarnya banyak band lokal yang tidak jadi tampil karena masalah pelunasan fee. Berbagai forum dan milis di internet banyak menyoroti hal ini. Joseph dari Vox yang jadi tampil pada hari ketiga menduga memang ada masalah pada pelunasan fee “Saya sendiri kurang tahu, karena baru datang beberapa jam sebelum perform, tapi kabar dari teman-teman Vox dan band-band lain memang begitu adanya (banyak band belum dibayar). Sayang sekali.” ujarnya. Dihadapkan pada isu ini, Arian 13 yang bandnya, Seringai, tidak jadi tampil menyatakan hal itu bukanlah isu. Ketika ditanyai kenapa Seringai tidak jadi tampil, Arian menjawab “Karena sepertinya setelah surat kontrak ditandatangani, pihak promotor tidak menginginkan Seringai bermain. Tidak ada goodwill dari mereka sampai ke hari H.” Vox cukup beruntung karena berhasil ”melunaskan” beberapa saat sebelum manggung, ”Karena tim manajemen kami akhirnya sukses ‘melunaskan’ beberapa saat sebelum kita manggung hehe. Lagipula agak kurang rock kalo sudah jauh-jauh datang ke jakarta, tidak jadi manggung dan tidak dibayar pula. Kalo rumah kita di blok m mungkin enak, tinggal naik trans jakarta udah bisa pulang.” kata Joseph lagi.

Kondisi seperti ini terus berlanjut hingga hari terakhir penyelenggaraan. Penyelenggara tidak kuasa menahan gelombang pembatalan artis, imbasnya, banyak penonton harap-harap cemas menanti band kesayangan mereka tanpa kepastian tampil atau tidak. Pada kondisi seperti ini, untungnya penyelenggara masih bisa berbaik hati dengan mengembalikan sebagian uang pembayaran tiket yang sudah dibayarkan pada penonton yang masuk. Tentu saja kondisi seperti ini menjadikan Jakarta Rock Parade sebagai event yang sepi dikunjungi penonton, karena ketidakjelasan acara. Mahalnya harga tiket menjadi salah satu kambing hitam pada isu sepinya penonton yang hadir. “Tiket menjadi mahal karena banyak pengisi acara yang cancel, jadi calon crowd sudah malas duluan.” kata Arian mengomentari harga tiket yang dirasa kemahalan. Apa memang penonton di Indonesia belum siap untuk event semacam ini? “Sangat siap sebenarnya. Orang indonesia sebenarnya lebih butuh festival rock daripada agresifitasnya tak tersalurkan. Yang ada nanti malah lempar-lempar di stadion, bakar-bakar pas demo dan bom-boman di tempat wisata. Cuma, siap atau tidak membayar 400 ribu perhari itu perkara lain lagi. Ini kan festival rock, bukan jazz.” ujar Joseph.


Beruntunglah bagi yang sempat menyaksikan penampilan Mono, Dismember, El Pamas dan “sedikit” band lainnya lagi. Efek Rumah Kaca juga menjadi salah satu band yang jadi tampil, walaupun tanpa check sound, “Kita satu-satunya band yang gak check sound jadi langsung main.. Terimakasih buat Iman "ZATPP" dan Adrian Adiutomo udah mau tampil bareng,di lagu "Jangan Bakar Buku” dan "Di Udara” kata pihak Efek Rumah Kaca. Penampilan band-band tadi mungkin bisa menjadi sedikit pelipur lara bagi penonton yang sudah hadir, juga bagi penyelenggara.

Sebenarnya apa yang salah pada Jakarta Rock Parade? Secara singkat, orang pasti akan mudah menuding penyelenggara kurang mampu menyelenggarakan acara sebesar ini. “Ah, memang promotor tidak serius saja membuat sebuah event.” ujar Arian mengemukakan pendapatnya. Beberapa pihak masih menyimpan sedikit salutation untuk penyelenggara karena “berhasil” menyelenggarakan sampai hari ke 3, dan keberaniannya mengusung konsep yang berbeda. Ketidakberadaan sponsor juga menjadi salah satu aspek inferior bagi penyelenggara. “Ya itu tadi, kalau tidak ada sponsor gede yang membackup masalah dana, terus band-bandnya mau dibayar pake apa. Ini kan bukan acara friends-rock (gratisan-komunitas-persahabatan)” kata Joseph. Sebenarnya memang kurang bijaksana ketika mengandalkan pendapatan tiket untuk menutup pengeluaran penyelenggaraan sebuah event.

Secara satir banyak pihak menyatakan penyelenggara sukses membuat sejarah (“LET’S MAKE HISTORY”) tapi pada konteks yang berkebalikan. Imbasnya memang beragam. Secara gamblang, mungkin promotor lain akan merasa ragu jika berencana menyelenggarakan konsep serupa di kemudian hari. Band luar negeri bisa jadi akan menganggap Indonesia bukan venue yang layak dikunjungi jauh-jauh. Band lokal menjadi ragu-ragu ketika ada konsep serupa di kemudian hari. Pihak sponsor bisa jadi enggan mengucurkan bantuan untuk acara serupa. Tapi, penikmat musik rock, dan pencinta musik yang menjadi head line di Jakarta Rock Parade kemarin tidak akan pernah surut gairah untuk menyaksikan band kesayangannya. Banyak orang merasa menyesal tidak bisa menyaksikan Mono secara langsung, yang memang banyak dilaporkan tampil menawan. Beribu-ribu orang pasti masih sangat kebelet menyaksikan Yeah Yeah Yeahs secara langsung. Kesempatan menyaksikan BMX Bandits akan masih menjadi kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh publik tanah air. Koil, Pure Saturday, The Milo, Rumah Sakit, Fable, Seringai, Efek Rumah Kaca, Naif, Sore, Lull, Lain, Tengkorak dan lainnya dalam satu panggung? Pasti akan menjadi sangat masif sekali bung! I’ll beg for that to be held in my town!

So, rock can’t die here. Rock tetap menjalar dalam darah orang Indonesia. Merantak dan menyebar dalam segala sub-sub nya dan terus berkembang biak disini. Terserah apa imbas dari acara ini. Bendera rock masih tetap berkibar di kemudian hari. Tomorrow must be better than today. Cheers!

Written by : Jay
From several sources 
Images taken from  : www.jakartarockparade.com and
http://wastedrockers.wordpress.com
credit respectfully goes for them.


*Postingan ini sengaja tidak di alih-bahasa kan ke bahasa Inggris.

Related Articles | You must read these also



1 comments

  1. Anonymous // August 9, 2008 at 7:05 AM  

    acr yg ditunggu2 tp menyedihkan..salut bwt panitia yg nekad bikin JRP,it silly. Buktikan merahmu untuk JRP#2,Halah!!.

Post a Comment